Minggu, 03 Agustus 2008

Vaksinasi HPV

Carcinoma (Ca) cervix (mulut rahim), merupakan suatu tumor yang terdapat pada genitalia feminine interna

Dahulu, penyakit ini merupakan pembunuh nomer 1 di dunia, namun sejak tahun 2000an, posisi ca cervix “tergantikan” oleh tumor patologis pada mamae.

Penyebab utama dari terjadinya ca cervix adalah multifaktorial, seperti dari genetic, orang dengan faktor risiko tinggi. Kasus terjadinya ca cervix pada wanita di Indonesia, banyak sekali dari pasien disebabkan oleh karena infeksi oleh Human Papiloma Virus (HPV). Diatas 90% jumlah penderita Ca cervix di RSCM, ditemukan pula infeksi HPV.

HPV merupakan jenis virus, yang kebanyakan menyerang genitalia. Ada banyak sekali sub tipe dari virus ini, namun yang paling sering di temukan di Indonesia, dan yang paling banyak menginfeksi, serta berhubungam erat dengan ca cervix, adalah

HPV, dengan subtype :

- 16, 18 (high risk).

- 6, 11 (low risk).

Patofisiologis dan patogenesis dari munculnya ca cervix, oleh karena infeksi HPV, adalah infeksi HPV yang menyerang sel pada squamou - collumner junction (SQJ), pada cervix. Daerah ini merupakan daerah peralihan antara portio vaginalis (ectocervix) dengan canalis cervicis uteri (endocervix), yang selnya berubah secara “tiba-tiba” dari squamous simplex (portio vaginalis) menjadi collumner simplex. Daerah sinilah yang paling rawan terjadinya pertumbuhan neoplasma.

Kembali kepada infeksi dari HPV. Ketika terjadi infeksi HPV pada SQJ, maka sel epitel pada SQJ akan mengalami perubahan dan supresif secara genetika. Setiap sel normal, akan memiliki gen p53, dan pRB1, sebagai guardian of genom, dan supresif dari mitosis. Ketika kedua gen tersebut tidak mampu menekan suatu mitosis, maka akan terjadi pembelahan secara tidak terkendali. Hal tersebutlah yang dilakukan oleh virus HPV, yaitu menekan ekspresi kerja dari p53, dan pRB1, dengan mensupresi lokus E6, dan E7, yang seharusnya sebagai lokus yang mengekspresikan guardian of genom dan supresor mitosis tersebut. Oleh karena tidak ada adanya pengendali pembelahan, maka terjadi hyperplasia dari sel epitel pada SQJ.

Hingga saat ini, para ahli selalu mengkaitkan ca cervix dengan HPV, sehingga muncul suatu pemikiran pencegahan salah satu faktor risiko penyebab dari ca cervix, yaitu dengan membuat vaksin, untuk mencegah infeksi dari HPV.

Bagian dari virus yang digunakan sebagai bahan pembuatan vaksin adalah core (selubung). Core yang digunakan tidak menimbulkan viremia pada pasien yang dilakukan ijeksi, tetapi core yang digunakan mampu menimbulkan efek pembuatan antibodi spesifik terhadap antigen dari HPV. Hingga saat ini ada 2 jenis vaksin yang telah digunakan pada manusia, yaitu :

  1. Quadrivalent ( consist of HPV subtype 6, 11, 16, 18).
  2. Bivalent (consist of HPV subtype 16,18).

Mengingat HPV subtype 16, dan 18 lah yang mempunyai risiko tinggi kepada manusia, maka vaksin yang dibuat pun disesuaikan dengan subtype yang paling banyak menginfeksi.

Nah… setelah ada vaksin, maka siapakah yang harus di vaksin.

Subjek yang harus divaksin adalah wanita, yang berumur 12-25 tahun, dan laki-laki umur 12-25 tahun. Namun umur yang ditentukan sangatlah subjektif, tergantung dari negara yang bersangkutan. Untuk Indonesia, umur yang dianjurkan adalah umur yang tertera di atas. Penyuntikan yang dilakukan, adalah sebanyak 3 x (sistem booster).

Kontra indikasi penyuntikan adalah bagi wanita yang sedang hamil. Bila telah dilakukan suntikan sebelum kehamilan, booster dapat diberhentikan dahulu, dan setelah masa gestasi telah habis, pasien yang menyusui dapat dilanjutkan booster untuk vaksinasinya.

Adapun timbulnya pertanyaan bagi wanita diatas 25 tahun, apakah perlu di berikan vaksinasi , maka jawabanya adalah pemberian vaksin akan semakin berkurang manfaatnya bila diberikan kepada pasien yang semakin berkurang umurnya. Namun tidak lah salah jika pemberian tetap dilakukan, sebagai usaha protective.

Selain pemberian vaksin, bagi wanita yang telah menikah, maupun yang telah melakukan koitus, tetap disarankan untuk melakukan pemeriksaan gynaecology, yaitu berupa papsmear.

Namun perlu di ingat, pencegahan faktor risiko lainya juga perlu dilakukan, mengingat carcinoma merupakan kelainan yang merupakan “multiple causasive”.

Sumber :

Pertemuan Ilmiah Tahuna Ilmu Penyakit Dalam 2008 (PIT Interna 2008)

Symposium – Pencegahan Ca Cervix dengan Vaksinasri HPV

Tidak ada komentar: